"Saya ingin bahagia/senang (beda dengan hasanah/kebaikan yang selalu dibaca kaum muslim setiap doa) terus", kata seseorang. Tidak relevan dan tidak sesuai fakta. Mengapa?
Pertama, manusia pasti pernah marah, kesal, sedih, kecewa, benci, dan emosi negatif lainnya baik diekspresikan atau dipendam dalam diri. Oleh karena itu emosi selalu silih berganti dengan cepat.
Kedua, dalam jiwa (qolbu) melekat 2 potensi kekuatan yang sama yakni bisikkan yang mengajak kepada kebaikan (Ilham/malaikat) dan bisikkan yang mengajak kepada keburukkan (setan)*. Oleh karena itu, *jiwa manusia sering bergejolak karena terjadi tarik menarik untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Contoh bisikkan keburukan, sebagai Fasilitator saya malas terus belajar. Belajar cukup dari bahan tayang.
Melawan hawa nafsu sendiri sangat sulit. Kita perlu berjuang keras agar jiwa kita tenang (kebaikan dominan, menindih keburukan) dengan kembali ke Sang Pemilik jiwa dan terus mengingatNya agar tenang.
Jiwa yang Bergejolak
Diterbitkan pada dan ditulis oleh Irkham Senandika