AI Tak Memiliki Jiwa

Saya membuat empat konten video dengan artificial intelligence (AI), yakni Menginternalisasi nilai-nilai, Nasib Anda ditentukan Mindset, Tanpa Nilai-nilai Hidup Nestapa, dan Rasa Sakit Membuat Anda Bertumbuh.
Membuat konten video diawali menyusun skrip video dengan AI. Kita perlu memahami cara berbicara dengan robot secara spesifik dengan metode tertentu. Secara otomatis AI akan membuat skrip video yang kita minta.
Kemudian, skrip video tersebut kita masukkan ke dalam platform AI, maka AI akan membuat scene secara otomatis dengan video, suara, dan teks. Apabila video tersebut tidak sesuai, kita dapat menggantinya sesuai yang kita inginkan.
AI juga dapat membantu kita pada bidang lain, seperti membuat kuesioner, kurikulum, desain pembelajaran dan sebagainya sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat. Namun, semuanya perlu sentuhan dari manusia karena AI tak memiliki jiwa.

Tranformational Leadership

Seorang peserta pelatihan kepemimpinan administrator (PKA) – yang menggunakan buku transformational leadership karya Bass - bercerita positif tentang rekannya yang percaya diri dan pintar bahwa dirinya role model transformational leadership. Satuan kerja yang dipimpinnya berkinerja tinggi (tujuan PKA).
Organisasi berkinerja tinggi (OBT) sudah bagus. Ternyata, transformational leadership tidak cukup OBT, tetapi tergantung visi dari pemimpin. Oleh karena itu, ketika ada penguji yang menyiapkan 2 video di mana peserta akan dimintai pendapat tentang 1 video untuk melihat visi peserta, saya setuju. Hal itu disebabkan transformational leadership adalah visi pemimpin yang jauh melampaui jamannya.
Contoh, sekarang eranya artificial intelligence (AI), maka sebaiknya dalam pekerjaan sehari-hari menggunakan AI agar pekerjaan lebih cepat, lebih baik, lebih murah, dan lebih sederhana.

Dunia Sebagaimana Adanya

Ketika membaca respon Pejabat Administrator atas tulisan Telah Selesai Dengan Dirinya di bawah ini:

Ketika membaca respon Pejabat Administrator atas tulisan Telah Selesai Dengan Dirinya di bawah ini:

Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri belum tentu harus orang yang sangat kaya raya, sangat pintar, sangat cerdas atau sangat2 lainnya. Namun orang yg sudah cukup dengan dirinya sendiri adalah orang yang tahu bersyukur dengan apa yang telah didapatkannya.
Saya bergumam, untuk bijaksana kita perlu memandang dunia bukan sebagaimana harusnya, tetapi dunia sebagaimana adanya.

Diterbitkan pada dan ditulis oleh Irkham Senandika, Mohammad Djufri